Aksara Jawa tidak jarang menjadi hal asing bahkan di masyarakat Jawa itu sendiri. Semakin sedikit aku menemui wong Jowo yang mampu menulis dan membaca aksara Jawa, beda dengan zaman masih sekolah dasar dulu, di mana aksara Jawa masuk dalam salah satu pelajaran. Saat itu, dan sampai SMU, aksara Jawa masih sering aku gunakan untuk menulis sesuatu di saat melamun.
Sekarang sudah gak ada di kepala.
Mungkin penyebab utamanya adalah karena kurangnya keperluan aksara ini dalam keseharian.
Buat apa sih menggunakan aksara Jawa untuk baca tulis, sedangkan ada aksara yang universal, yang lebih general dan lebih mudah digunakan, yang disebut alfabet.
Aksara Jawa sering disebut sebagai Honocoroko, yang diambil dari baris pertama bunyi dari aksara tersebut. Lengkapnya:
Ho No Co Ro Ko
Do To So Wo Lo
Po Dho Jo Yo Nyo
Mo Go Bo Tho Ngo
Menurut sejarahnya, kalimat itu memiliki muatan cerita:
Ono Coroko
Ada utusan (abdi setia)
Doto Sowolo
Saling berseteru
Podho Joyonyo
Sama-sama sakti
Mogo Bothongo
Keduanya menjadi mayat
Lebih banyak tentang sejarah aksara Jawa:
Babad Aji Saka
Wikipedia: Aksara Jawa
Dari situs itu pula aku download font Honocoroko, beserta panduan penulisannya.
Dengan font tersebut aku menuliskan kata Mahesa Jenar di header blog ini.
Selamat mempertahankan budaya Jawa.
0 komentar:
Post a Comment